IdeaNews.co – Wakil Ketua I DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Ekti Imanuel, mengakui bahwa penanganan banjir di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) bukan hal mudah.
Tantangan utama terletak pada kebiasaan masyarakat setempat, mayoritas dari suku Dayak, yang telah lama hidup berdampingan dengan aliran sungai sebagai bagian dari aktivitas harian mereka.
“Kami harus mencari solusi yang tepat karena masyarakat sudah terbiasa hidup di tepi sungai. Ini menjadi perhatian serius dalam setiap langkah penanganan,” jelas Ekti, di Gedung Utama B Kantor DPRD Kaltim, Jalan Teuku Umar, belum lama ini.
Ia menambahkan bahwa relokasi bukan solusi efektif, karena mayoritas masyarakat Mahulu menetap di sepanjang Sungai Mahakam. Dari sekitar 50 kampung di wilayah tersebut, lebih dari 40 di antaranya berada di tepian sungai.
“Sebagai orang Dayak, tinggal di pinggir sungai adalah bagian dari cara hidup kami. Memindahkan warga tentu bukan hal mudah,” ungkap Ekti.
Menyadari kompleksitas geografis dan budaya ini, Ekti menekankan bahwa penanganan jangka pendek yang paling realistis adalah meminimalisir dampak banjir.
DPRD Kaltim akan segera berkoordinasi dengan Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim, Akmal Malik, agar bantuan bagi warga terdampak banjir dapat disalurkan sesegera mungkin.
“Prioritas kami saat ini adalah memastikan bantuan tiba tepat waktu untuk meringankan beban masyarakat. Saya akan segera berkomunikasi dengan Pak Pj Gubernur agar penyaluran bantuan bisa dilakukan secepat mungkin,” tegas Ekti.
Selain penanganan darurat, ia berharap upaya jangka panjang dapat dilakukan dengan tetap menghormati kebutuhan masyarakat setempat. Menurut Ekti, solusi banjir di Mahulu harus mempertimbangkan kearifan lokal tanpa mengganggu pola hidup warga.
“Kita perlu pendekatan yang menghargai budaya masyarakat. Penanganan banjir harus efektif, tapi tetap memperhatikan keseharian warga yang sudah terbiasa tinggal di dekat sungai,” tandas Ekti. (Adv)