Ideanews.co, Penajam — Kurangnya sinergi antar pelaku usaha ikan asin di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) menjadi perhatian serius Sekretaris Komisi II DPRD PPU, Jamaluddin.
Dirinya menilai, lemahnya komunikasi dan ketiadaan kelompok usaha menjadi salah satu penghambat berkembangnya potensi ikan asin sebagai komoditas ekonomi lokal yang menjanjikan.
“Berbeda dengan sektor pertanian yang solid dan terorganisir, pelaku usaha ikan asin kita masih berjalan sendiri-sendiri,” ujar Jamaluddin, Rabu (30/4/2025).
Kondisi ini berdampak pada terbatasnya pasar dan nilai tambah produk ikan asin. Banyak hasil produksi nelayan, seperti di wilayah pesisir Tanjung, justru dikirim ke luar daerah seperti Banjarmasin dan hanya dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak.
Menurut Jamaluddin, rendahnya tingkat konsumsi ikan asin di masyarakat PPU turut menjadi tantangan tersendiri. Hal ini diduga karena masyarakat lebih memilih ikan segar atau sumber protein lain seperti ayam, yang lebih mudah didapat.
“Yang beli ikan asin biasanya hanya perusahaan atau untuk konsumsi karyawan mereka, bukan masyarakat umum,” jelasnya.
Menanggapi situasi ini, DPRD mendorong Pemkab PPU untuk turun tangan lebih aktif. Jamaluddin mengusulkan agar pemerintah mulai menggelar pelatihan, pembinaan, hingga penguatan kelembagaan bagi pelaku usaha ikan asin. Tujuannya agar mereka terdorong membentuk kelompok usaha atau koperasi.
“Dengan berkelompok, pengusaha ikan asin bisa saling menopang, mudah mengakses bantuan, dan membuka peluang pasar yang lebih luas,” tegasnya.
Jamaluddin menyadari, pengalaman negatif di masa lalu mungkin membuat sebagian masyarakat enggan kembali bekerja secara kolektif.
Namun ia menekankan pentingnya membangun kembali kepercayaan dan solidaritas sebagai langkah awal untuk memajukan sektor perikanan olahan di PPU.
Ia berharap langkah-langkah konkrit dari pemerintah bisa menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan berkelanjutan, sekaligus membuka peluang ekspor produk ikan asin lokal ke pasar yang lebih luas. (Adv)