Jambore Pemuda Daerah 2025: Membangun Jaringan Persaudaraan Lintas Wilayah di Kaltim

Ideanews.co, Samarinda – Jambore Pemuda Daerah (JPD) 2025 yang diselenggarakan di Kutai Timur bukan sekadar ajang seni dan lomba antar daerah, melainkan menjadi momentum strategis memperkuat integrasi sosial dan mempererat persaudaraan antar pemuda dari seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur.

Dispora Kaltim menyiapkan kegiatan yang fokus pada membangun kesadaran kebhinekaan dan jaringan kolaborasi sebagai fondasi pemuda tangguh masa depan.

Agenda ini menghimpun pemuda-pemudi dari 10 kabupaten/kota se-Kaltim dalam sebuah kemah budaya dan kreativitas selama lima hari.

Namun di balik gemerlap penampilan seni dan lomba antar daerah, JPD 2025 mengemban misi yang jauh lebih penting, menumbuhkan kesadaran kebhinekaan dan mempererat jaringan sosial antarwilayah di tengah situasi sosial-politik yang rentan terpolarisasi.

“Banyak yang melihat jambore ini sebagai panggung hiburan. Padahal, yang sedang kami bangun adalah fondasi sosial antarpemuda dari berbagai latar belakang daerah,” kata Hasbar, Analis Kebijakan Ahli Muda Dispora Kaltim, Kamis (26/6/2025).

Ia menjelaskan, dalam perencanaan JPD 2025, Dispora Kaltim sejak awal tidak hanya menyusun rundown kegiatan, tapi juga merancang pola interaksi sosial antar peserta agar momen ini menjadi ajang pembelajaran nilai-nilai persatuan dalam keberagaman.

“Yang penting bukan hanya tampilannya, tapi interaksi yang tercipta. Bagaimana anak Kukar bisa ngobrol dengan anak Berau, bagaimana pelajar Kutim bisa kenal budaya Mahulu. Ini bukan soal lomba, tapi soal persaudaraan,” lanjut Hasbar.

Kegiatan ini akan dikemas dalam tiga hari efektif pelaksanaan, dengan sesi utama meliputi pertunjukan seni daerah, diskusi lintas budaya, pelatihan soft skill kepemudaan, serta simulasi proyek kolaborasi antardaerah.

Dispora juga akan menyiapkan fasilitator untuk memastikan aktivitas tidak berhenti di permukaan, tetapi menggugah kesadaran kolektif peserta tentang pentingnya persatuan dalam keberagaman.

Hasbar juga mengungkapkan tantangan teknis, terutama terkait pendanaan pengiriman peserta dari kabupaten/kota ke Kutim. Meski seluruh kebutuhan selama acara ditanggung Dispora Kaltim, biaya keberangkatan peserta tetap menjadi tanggung jawab daerah masing-masing.

“Kami sudah kirim pemberitahuan dan minta konfirmasi. Harapan kami, semua kabupaten/kota bisa hadir. Tapi kalau daerah tidak anggarkan, tentu ini jadi kendala. Sayang kalau ada yang tidak berpartisipasi hanya karena persoalan anggaran transportasi,” jelasnya.

Setiap daerah diharapkan mengirimkan 10 orang, termasuk pendamping. Selain memamerkan budaya, peserta juga diharapkan membawa semangat kolaborasi dan inisiatif untuk membentuk jaringan pemuda lintas kabupaten.

Lebih jauh, Dispora menyadari bahwa ruang seperti JPD saat ini sangat dibutuhkan di tengah menurunnya ruang interaksi langsung antar pemuda. Era digital kerap membuat anak muda terjebak dalam ekosistem virtual yang homogen dan tertutup. Kegiatan semacam ini diharapkan menjadi *counter balance* dari realitas itu.

“Jambore ini adalah ruang nyata, tempat pemuda bertemu secara fisik, berinteraksi lintas suku, bahasa, dan budaya. Mereka saling menghormati, berbagi pengalaman, dan saling belajar. Itulah yang kita kejar,” tambah Hasbar.

Dispora Kaltim juga menegaskan bahwa JPD bukan sekadar pengganti Jambore Pemuda Nasional yang sudah tak lagi digelar. Ini adalah bentuk lokalisasi kebijakan, yang adaptif, sekaligus representasi bahwa Kaltim serius membangun generasi muda dengan fondasi kuat nilai-nilai kebangsaan.

“Kami ingin menciptakan atmosfer baru. Bukan sekadar tampil di panggung, tapi pulang dengan pengalaman hidup yang membekas. Jambore ini adalah laboratorium sosial dan tempat menumbuhkan karakter kepemimpinan yang inklusif,” tutupnya. (Adv)

Related posts

banner 868x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *