Dispora Kaltim Tawarkan Pancasila Sebagai Kompas Moral Pemuda

Ideanews.co, Samarinda – Di tengah gelombang disrupsi digital dan derasnya arus ideologi global tanpa filter, generasi muda Indonesia menghadapi tantangan yang tak terlihat secara kasat mata: krisis arah dan makna. Menyadari hal itu, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur tak tinggal diam.

Melalui program penyadaran ideologi Pancasila, Dispora Kaltim mencoba mengembalikan nilai-nilai dasar kebangsaan sebagai fondasi moral generasi muda, bukan sekadar hafalan lima sila di atas kertas. Kegiatan ini digelar di Balikpapan, Selasa (24/7/2025), sebagai bagian dari gerakan reflektif untuk menjawab kegelisahan zaman.

“Pemuda kita hari ini tahu Pancasila, tapi banyak yang tak lagi hidup di dalamnya. Yang kita lawan bukan kebodohan, tapi keterputusan makna,” ujar Hasbar, Analis Kebijakan Ahli Muda Dispora Kaltim, dalam keterangannya di Kantor Dispora Kaltim, Kompleks GOR Kadrie Oening Samarinda, Senin (23/6/2025).

Pancasila: Dari Teks Menjadi Tindakan

Menurut Hasbar, selama ini pendekatan terhadap nilai-nilai kebangsaan cenderung tekstual dan normatif. Sementara tantangan zaman menuntut pendekatan yang lebih hidup dan kontekstual. Karena itu, forum penyadaran ini tidak sekadar mengulang isi Pancasila, tapi mendorong pemuda untuk menjadikannya kompas moral dalam kehidupan nyata.

“Pancasila itu bukan benda mati. Ia hidup, lentur, dan bisa menjadi navigasi etika dalam menghadapi zaman apapun, termasuk era digital yang sarat disinformasi dan ujaran kebencian,” jelasnya.

Kegiatan ini digagas dalam format interaktif dan reflektif. Pemuda diajak berdialog tentang relevansi nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan sosial, hingga toleransi antarumat beragama dalam konteks sosial hari ini. Termasuk bagaimana menghadapi tantangan ekstremisme digital yang membelah ruang publik pemuda.

Melawan Intoleransi dengan Nilai

Hasbar menegaskan, salah satu tujuan utama kegiatan ini adalah membentengi pemuda dari meningkatnya narasi intoleran dan ekstremisme yang kini dengan mudah menyelinap ke ruang virtual.

“Moderasi itu bukan sekadar soal kepercayaan, tapi soal keberadaban. Kita ingin pemuda jadi penjaga harmoni, bukan penonton konflik,” tegasnya.

Menurutnya, pembangunan bangsa tidak bisa hanya bertumpu pada infrastruktur fisik atau teknologi. Karakter dan ideologi adalah pondasi utama yang tak boleh diabaikan. Di sinilah peran strategis Dispora: membentuk pemuda bukan hanya sebagai pekerja terampil, tapi sebagai warga negara berprinsip yang memahami jati dirinya.

“Kita tidak sedang mendikte generasi muda. Kita hanya mengajak mereka pulang—kembali ke nilai-nilai yang membuat bangsa ini tetap berdiri,” ujarnya penuh makna.

Pendidikan Nilai, Bukan Indoktrinasi

Dispora Kaltim menegaskan bahwa pendekatan ini tidak dimaksudkan untuk melakukan indoktrinasi, melainkan membangun kesadaran kritis di kalangan pemuda. Bahwa Pancasila bukan sekadar simbol, tetapi alat untuk membaca arah kehidupan berbangsa yang majemuk.

“Kita ingin nilai-nilai Pancasila tidak lagi eksklusif dalam buku teks, tapi hidup di media sosial, di forum diskusi, di pasar, dan di jalanan. Kita ingin Pancasila jadi sikap, bukan sekadar slogan,” ujar Hasbar.

Menyiapkan Generasi Penjaga Bangsa

Dispora Kaltim percaya, pemuda bukan hanya objek pembangunan, tapi subjek perubahan. Melalui kegiatan ini, mereka disiapkan untuk menjadi garda moral bangsa, yang mampu menyeimbangkan tantangan zaman dengan nilai-nilai luhur kebangsaan.

“Di tengah derasnya ideologi global, pemuda Kaltim harus punya jangkar. Dan jangkar itu adalah Pancasila,” tutup Hasbar. (Adv)

Related posts

banner 868x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *