Ideanews.co, Samarinda — Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur mengubah pendekatan dalam membina generasi muda. Jika selama ini pemuda lebih sering diposisikan sebagai peserta kegiatan, kini mereka ditantang untuk menjadi pelaku utama perubahan sosial dan ekonomi di daerahnya.
Kepala Dispora Kaltim, Agus Hari Kesuma, menyatakan bahwa pemuda harus dipandang sebagai agent of change yang mampu menciptakan solusi konkret dari persoalan di komunitasnya. Tidak hanya ikut kegiatan, tetapi bisa merancang program, menjalankan usaha, bahkan memimpin gerakan sosial.
“Kita tidak ingin pemuda hanya hadir saat lomba atau seminar. Kita ingin mereka mampu membaca masalah, menyusun program, dan menciptakan perubahan dari akar,” ujar Agus, Senin (7/7/2025).
Pendekatan ini diwujudkan melalui dua jalur utama: penguatan kapasitas organisasi kepemudaan dan pemberdayaan wirausaha muda. Dalam jalur organisasi, pemuda dilatih menyusun program berbasis kebutuhan masyarakat, membangun jejaring lintas sektor, dan mengelola organisasi secara profesional.
Sementara untuk kewirausahaan, Dispora mendorong pemuda menciptakan bisnis berbasis potensi lokal. Model usaha yang dikembangkan bukan sekadar jualan, tapi sebagai solusi atas tantangan yang ada di daerah masing-masing. Mulai dari pertanian terpadu, pengolahan sumber daya lokal, hingga produk digital dan kreatif.
“Kami ingin mereka menjadi pencipta kerja, bukan pencari kerja. Bahkan satu usaha kecil bisa berdampak besar jika dikelola dengan ekosistem yang baik,” jelasnya.
Program ini telah menyasar wilayah-wilayah tertinggal seperti Mahulu dan Kutai Barat, yang selama ini minim akses terhadap pelatihan dan pendampingan. Dispora hadir dengan pendekatan adaptif, menjalin kerja sama lintas sektor mulai dari kampus, pengusaha lokal, hingga alumni program pemuda.
Agus menambahkan, saat ini Dispora juga tengah menyiapkan platform digital sebagai pusat informasi, kanal promosi, dan forum komunikasi lintas komunitas.
Tujuannya agar semangat kolaborasi antar pemuda tidak hanya terjadi dalam pelatihan, tetapi terus hidup dalam ekosistem digital yang terbuka.
“Pendampingan itu bukan soal memfasilitasi kegiatan. Ini soal membuka ruang agar pemuda bisa tumbuh sesuai visi mereka sendiri. Mereka harus jadi pemimpin, bukan pengikut,” kata Agus.
Langkah ini menandai transisi besar dalam pembinaan kepemudaan di Kaltim. Dispora tak hanya ingin mencetak pemuda berdaya, tapi juga melahirkan generasi yang mampu membangun panggungnya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial, maupun kepemimpinan.
“Sudah saatnya kita melihat pemuda bukan sebagai obyek binaan, tapi sebagai aktor pembangunan. Dan tugas kami adalah memberi mereka alat, jaringan, dan kepercayaan untuk memulai,” pungkasnya.
Dengan pendekatan transformatif ini, Dispora Kaltim menempatkan pemuda sebagai lokomotif perubahan. Sebuah arah baru yang tidak hanya membentuk pemuda tangguh, tapi juga berdaya secara ekonomi dan relevan secara sosial. (Adv)








