Ideanews.co, Samarinda – Dalam pusaran era digital yang kian deras, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur mengangkat satu isu yang selama ini dianggap sepele, namun ternyata punya daya rusak besar terhadap pembinaan atlet: kecanduan gadget.
Fenomena ini disebut sebagai “bahaya senyap” oleh Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kaltim, Rasman Rading, karena menggerus satu aspek paling fundamental dalam dunia olahraga: disiplin.
“Banyak atlet kita hari ini lebih rajin main gim atau scroll media sosial daripada latihan. Dampaknya bukan cuma fisik, tapi juga mental dan fokus di lapangan. Ini bukan opini, tapi realita yang kami temukan langsung,” ungkap Rasman, Senin (30/6/2025).
Menurut Rasman, ketergantungan pada gawai telah memotong jam latihan, mengganggu pola tidur, dan memperburuk daya konsentrasi atlet, terutama dari kelompok usia muda. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menjadi bom waktu bagi regenerasi prestasi di Kalimantan Timur.
“Kalau kita tidak tegas dari sekarang, kita akan kehilangan generasi emas. Jangan sampai kita lebih sering melahirkan influencer daripada juara nasional,” kritiknya.
Rasman mengangkat contoh Iqbal, atlet muda asal Kaltim yang baru-baru ini menembus kejuaraan internasional. Menurutnya, Iqbal adalah potret ideal pembinaan atlet: fokus, teratur, dan menjauh dari distraksi digital yang tidak penting.
“Kuncinya bukan cuma bakat. Tapi disiplin gaya hidup. Iqbal kuat bukan karena keberuntungan, tapi karena dia hidup sebagai atlet sejati,” tegas Rasman.
Dispora Kaltim saat ini telah mengubah paradigma pembinaan. Fokus 70 persen diarahkan untuk target internasional, dengan sisa 30 persen untuk skala nasional.
“Ini artinya, standar kita naik. Atlet yang kita bina harus siap untuk SEA Games, Asian Games, bahkan Olimpiade. Dan untuk itu, semua bentuk disrupsi termasuk gadget harus ditertibkan,” ujarnya.
Rasman juga menyerukan agar para pelatih, manajer tim, dan orang tua mulai membentuk ekosistem pembinaan yang sehat termasuk pengawasan terhadap penggunaan gadget.
“Kalau pelatih diam, orang tua cuek, atlet akan terbiasa hidup dalam distraksi. Kita harus mulai tanamkan karakter tangguh sejak dini. Ini bukan urusan menang lomba sekali dua kali, tapi membangun masa depan,” tambahnya.
Sebagai langkah lanjut, Dispora Kaltim akan menggandeng psikolog olahraga untuk menyusun modul pembinaan karakter yang meliputi kedisiplinan digital. Fokusnya: mencetak atlet yang tidak hanya kuat fisik, tapi juga tahan terhadap godaan dunia maya.
“Kalau kita ingin anak-anak Kaltim berdiri di podium dunia, kita harus mulai dari hal kecil. Kurangi layar, tambah latihan. Stop jadi penonton, jadilah pejuang,” tutup Rasman.
Dengan langkah-langkah ini, Dispora Kaltim berharap bisa melahirkan generasi atlet yang tak hanya cepat berlari atau kuat mengangkat beban, tapi juga punya ketangguhan mental untuk menolak disrupsi dan memilih jalan prestasi. (Adv)








