Langkah Berani Dispora Kaltim Bangun Atlet dari Akar Rumput hingga Panggung Nasional

Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kaltim, Rasman Rading.

Ideanews.co, Samarinda – Kalimantan Timur tak lagi ingin berada di pinggiran peta persaingan olahraga nasional. Lewat Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora), provinsi ini tengah menyiapkan terobosan strategis melalui penyusunan Desain Olahraga Daerah (DOD), sebuah cetak biru yang akan menjadi fondasi baru pembinaan atlet, dari tingkat desa hingga ajang nasional dan internasional.

Berbeda dengan pendekatan sebelumnya yang bersifat sektoral dan sesaat, DOD disusun sebagai respon terhadap Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang tertuang dalam Perpres Nomor 86 Tahun 2021. Namun lebih dari itu, DOD Kaltim dimaksudkan sebagai langkah korektif atas praktik pembinaan yang selama ini cenderung tambal sulam, tidak sistemik, dan minim kesinambungan.

“Kita tidak bisa lagi bergantung pada agenda tahunan yang datang dan pergi. Pembinaan atlet harus terstruktur, terencana, dan berkelanjutan. DOD inilah sistem yang akan menjembatani semua itu,” ujar Rasman Rading, Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kaltim, Selasa (24/6/2025).

Menurut Rasman, Dispora Kaltim kini tengah merampungkan draft Peraturan Gubernur sebagai payung hukum dari implementasi DOD. Dengan dasar hukum tersebut, seluruh kabupaten dan kota akan memiliki pedoman baku dalam membina atlet. Tidak ada lagi daerah yang bergerak sendiri tanpa arah bersama.

“Tujuan kita bukan hanya cetak medali, tetapi menciptakan ekosistem olahraga yang berkelanjutan. Kita ingin wariskan sistem, bukan sekadar program yang berganti-ganti tergantung siapa pejabatnya,” tegasnya.

Rasman menegaskan, banyak talenta olahraga justru tumbuh di pelosok daerah, bukan di pusat kota. Karena itu, DOD dirancang agar pembinaan dimulai dari bawah, dari akar rumput.

“Daerah adalah ladang talenta. Tapi kalau tidak diurus secara serius dan sistematis, talenta itu bisa hilang begitu saja. DOD menjawab itu semua,” katanya.

Ke depan, setiap kabupaten/kota akan membentuk tim koordinasi pembinaan atlet. Mereka akan bertugas memetakan potensi lokal berdasarkan karakteristik wilayah—misalnya, cabang olahraga air untuk pesisir, atau olahraga kekuatan di wilayah dataran tinggi.

Salah satu persoalan krusial selama ini adalah stagnasi regenerasi atlet. Tak sedikit atlet muda potensial berhenti di tengah jalan karena tak ada sistem yang menopang karier mereka. DOD diharapkan menjadi jembatan dari jenjang usia dini, sekolah, kabupaten, hingga provinsi secara terintegrasi.

“Kita selama ini terlalu mengandalkan keberuntungan atau inisiatif pribadi pelatih. Kita butuh sistem yang menjamin setiap atlet punya peluang berkembang,” tambah Rasman.

Selain itu, DOD juga akan didukung oleh sistem basis data atlet berbasis digital. Setiap atlet akan tercatat dengan lengkap—mulai dari hasil pertandingan, kebutuhan latihan, hingga progres fisik dan teknik. Dengan data ini, pelatih bisa menyusun program berdasarkan bukti, bukan intuisi.

Rasman menegaskan bahwa DOD bukan hanya produk daerah, tetapi juga instrumen untuk mewujudkan DBON secara konkret di lapangan. Ia menekankan bahwa DBON tidak akan berhasil jika tidak ditopang oleh sistem pembinaan yang kuat dari daerah.

“Kami tidak ingin DBON hanya jadi dokumen di meja. Dengan DOD, arah pembangunan olahraga nasional bisa dimulai dari bawah, dari anak-anak desa yang berlatih tanpa alas kaki, sampai bisa berdiri di podium dunia,” ujarnya dengan penuh semangat.

DOD juga akan menjadi motor penggerak sinergi antar sektor: mulai dari KONI, KORMI, Disdikbud, hingga dunia usaha. Pembinaan olahraga tidak hanya soal latihan fisik, tetapi juga dukungan gizi, psikologis, pendidikan, dan fasilitas.

“Kita ingin satukan semua kekuatan. Atlet itu tidak lahir sendirian. Harus ada ekosistem pendukung yang kuat,” jelas Rasman.

Terakhir, Rasman menegaskan bahwa misi utama dari DOD adalah menciptakan warisan. Warisan berupa sistem yang hidup, beradaptasi, dan konsisten melahirkan atlet lintas generasi.

“Kita ingin generasi sekarang dan yang akan datang merasakan manfaat dari sistem ini. Kaltim harus dikenal bukan hanya karena atlet hebatnya, tapi karena punya ekosistem olahraga yang kokoh dan berkelas,” tutupnya. (Adv)

Related posts

banner 868x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *