Ideanews.co, Samarinda – Ancaman narkoba yang semakin terstruktur dan menyasar kelompok usia muda membuat pencegahan tak bisa lagi dilakukan secara konvensional.
Menyadari hal itu, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur memilih pendekatan yang lebih progresif: membentuk pemuda sebagai agen penyelamat sesama, bukan sekadar individu yang mampu berkata “tidak”.
Semangat ini mewarnai kegiatan penyadaran bahaya narkoba yang digelar di Kutai Kartanegara, Selasa (11/6/2025), sebagai bagian dari program pembinaan karakter pemuda di daerah-daerah strategis.
“Kita tidak hanya ingin mereka tidak memakai. Kita ingin mereka bisa jadi teman yang menyelamatkan. Jadi mata dan hati yang peduli kalau ada kawannya yang mulai menyimpang,” tegas Hasbar, Analis Kebijakan Ahli Muda Dispora Kaltim, saat dikonfirmasi usai kegiatan.
Dispora Kaltim menyadari bahwa pendekatan hukum atau kampanye bahaya medis narkoba tak selalu cukup menyentuh. Maka, mereka menghadirkan suara-suara yang lahir dari pengalaman nyata mantan pengguna yang telah pulih, tokoh masyarakat, hingga perwakilan BNN dan kepolisian untuk membagikan kisah secara reflektif.
“Kalau pendekatannya hanya lewat ancaman, yang didapat hanya ketakutan sesaat. Tapi kalau mereka mendengar sendiri kisah dari orang yang pernah kehilangan masa depan, empati itu tumbuh. Kesadaran datang dari dalam,” jelas Hasbar.
Lebih jauh, Dispora memandang isu narkoba sebagai persoalan ekosistem, bukan hanya urusan individu. Karena itu, mereka menekankan pentingnya menciptakan lingkungan pemuda yang saling menjaga, mendeteksi dini, dan mencegah sebelum terlambat.
“Pemuda adalah orang pertama yang bisa melihat perubahan pada teman sebayanya. Kalau mereka punya keberanian, empati, dan pemahaman, mereka bisa bertindak. Dan itu kekuatan yang ingin kami bangun,” lanjut Hasbar.
Kutai Kartanegara dipilih sebagai lokasi kegiatan karena dinilai sebagai wilayah dengan tingkat mobilitas tinggi dan akses yang luas, sehingga lebih rentan terhadap peredaran gelap narkoba.
“Kami ingin mencegah dari akar. Dan akar itu adalah komunitas terdekat teman sebaya, lingkungan bermain, kelompok belajar. Di situlah benteng pertama,” tegasnya.
Program ini tidak berhenti pada satu kali pertemuan. Dispora merancang kelanjutan dalam bentuk kelompok relawan pemuda anti-narkoba dan jejaring pemantauan berbasis komunitas, yang akan menjadi basis deteksi sekaligus ruang intervensi awal di tingkat lokal.
“Kami tidak ingin hanya selesai di acara. Ini harus jadi gerakan. Dan gerakan itu hanya bisa hidup kalau pemudanya merasa punya peran dan rasa kepemilikan,” tambah Hasbar.
Lebih dari sekadar kampanye pencegahan, Dispora ingin membentuk generasi muda yang mampu menyelamatkan orang lain. Dalam narasi ini, pemuda tidak hanya bertahan, tapi menjadi penjaga gerbang bagi kawannya yang mungkin mulai kehilangan arah.
“Penyelamatan tidak boleh menunggu. Dan kami percaya, di tangan para pemuda inilah perubahan bisa dimulai,” pungkas Hasbar. (Adv)








