Ideanews.co, Samarinda – Dibalik masifnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, satu hal yang tak bisa diabaikan adalah kesiapan infrastruktur penunjang, termasuk fasilitas olahraga berskala besar. Dalam konteks ini, keberadaan Stadion Utama Palaran kembali menjadi sorotan Dinas Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Kaltim.
Namun lebih dari sekadar fasilitas olahraga, Stadion Palaran kini dilihat sebagai bagian dari simbol kesiapan Kaltim untuk menjadi sport hub pendukung IKN. Dan tanggung jawab itu, menurut Kepala Dispora Kaltim, Agus Hari Kesuma, tidak boleh dipandang sebelah mata.
“Stadion Palaran itu bukan hanya aset Kaltim, tapi juga potensi nasional. Kalau IKN butuh venue olahraga berskala besar, Kaltim sudah punya. Tinggal memastikan fasilitas itu terus terpelihara dan siap kapan saja digunakan,” tegas Agus, belum lama ini.
Pernyataan ini sekaligus menjawab isu yang sempat berkembang, soal kemungkinan terhentinya pemeliharaan stadion akibat kebijakan efisiensi anggaran. Menurutnya, pemangkasan anggaran memang dilakukan di sejumlah sektor, namun infrastruktur strategis seperti stadion tidak termasuk dalam pemotongan.
“Efisiensi memang ada, tapi itu lebih kepada belanja operasional, pengadaan barang, jasa, atau perjalanan dinas. Untuk stadion, tetap jadi prioritas. Karena ini menyangkut wajah Kaltim ke depan sebagai mitra IKN,” jelasnya.
Salah satu fokus utama pemeliharaan saat ini adalah perbaikan rumput lapangan utama, yang kerap menjadi tolok ukur kelayakan sebuah stadion dalam menggelar pertandingan kelas nasional bahkan internasional. Agus menekankan pentingnya perawatan rutin pada rumput stadion, bukan hanya untuk estetika, tapi juga demi keselamatan atlet dan kualitas permainan.
“Kualitas rumput itu kritis. Kalau tidak dirawat, bisa menyebabkan cedera dan merusak standar permainan. Passing bola bisa melenceng, ritme pertandingan terganggu. Ini bukan sekadar rumput, ini reputasi,” bebernya.
Ia menambahkan bahwa rumput stadion bukan jenis sembarangan, melainkan rumput khusus yang membutuhkan teknik penanaman, pemupukan, dan pemangkasan yang tepat.
Terkait kritik soal lokasi stadion yang dinilai terlalu jauh dari pusat kota, Agus menilai bahwa hal tersebut perlu dilihat dari perspektif berbeda. Jarak bukan masalah utama, selama aksesibilitas dan fungsi stadion dapat ditingkatkan.
“Justru karena lokasinya yang relatif sepi, Palaran bisa dikembangkan sebagai pusat pelatihan olahraga terintegrasi. Untuk pemusatan latihan atlet nasional, itu malah ideal. Tidak banyak distraksi, punya ruang besar, dan jauh dari hiruk pikuk,” katanya.
Ia menyebut, dalam jangka menengah, Stadion Palaran berpotensi menjadi pusat pelatihan atlet tim nasional, selama standar fasilitas dapat dipertahankan.
Agus juga menanggapi perbandingan antara Stadion Palaran dan Stadion Madya Sempaja, yang kini juga terus digunakan untuk berbagai event olahraga lokal. Menurutnya, tidak perlu membandingkan, karena keduanya punya skala dan fungsi berbeda.
“Stadion Madya memang kecil, cocok untuk event harian, turnamen lokal, dan pembinaan. Tapi kalau bicara kapasitas besar dan standar nasional, kita bicara Palaran. Sekali lagi, ini soal penempatan fungsi yang tepat,” tegasnya.
Dispora Kaltim sendiri telah menyusun roadmap pemeliharaan dan optimalisasi stadion secara bertahap. Ia menekankan bahwa kontinuitas lebih penting daripada proyek seremonial besar.
“Kami tidak mengejar seremoni. Yang kami pastikan, stadion ini tidak mati. Tetap terawat, tetap fungsional, tetap hidup,” tutupnya.
Agus menyampaikan bahwa jika kelayakan fasilitas terus dijaga, Palaran bisa kembali dilirik untuk menjadi tuan rumah event skala nasional, bahkan internasional. Ia menyebut beberapa federasi olahraga telah menyatakan minat, asalkan standar teknis terpenuhi.
Pemerintah Provinsi Kaltim, melalui Dispora, juga telah berkoordinasi dengan stakeholder olahraga nasional, termasuk KONI dan Kemenpora, agar stadion ini masuk dalam peta venue strategis nasional pasca IKN berdiri. (Adv)