Ideanews.co, Berau, Kalimantan Timur – Di tengah sorotan nasional terhadap eksploitasi sumber daya alam di wilayah timur Indonesia Raja Ampat, ada ironi besar yang luput dari perhatian: kerusakan lingkungan dan aktivitas tambang yang merajalela di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Berau, daerah yang kaya akan keindahan alam dan potensi wisata, justru menjadi korban dari aktivitas pertambangan baik legal maupun ilegal yang merusak lingkungan secara masif. Masyarakat lokal menyebut bahwa eksploitasi ini telah berlangsung lama, namun tak banyak mendapatkan sorotan media maupun tanggapan serius dari pemerintah daerah.
“Seolah-olah pejabat kita buta terhadap apa yang terjadi di depan mata. Dan masyarakat kita lebih sibuk menyoroti tempat yang jauh, tapi tak menyadari kerusakan di halaman rumah sendiri,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Beberapa titik kritis bahkan berada di wilayah yang semestinya dilindungi atau menjadi fasilitas umum. Salah satu contohnya adalah kawasan Bumi Perkemahan Mayang Mangurai yang berada di Teluk Bayur, di mana aktivitas tambang berlangsung tak jauh dari area tersebut. Bahkan, sejumlah galian tambang tak jauh dari Bandara Kalimarau pintu gerbang utama Berau.
Perempatan tambang di tengah kota juga menjadi bukti bagaimana aktivitas ini tak lagi tersembunyi. Sejumlah kendaraan angkutan tambang bebas lalu-lalang, menciptakan debu, kerusakan jalan, dan potensi kecelakaan yang tinggi bagi masyarakat sipil.
“Kita terlalu sibuk menatap luka di wajah orang lain, sementara tubuh kita sendiri mulai membusuk.”
Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana perhatian publik dan pejabat justru teralihkan pada isu-isu besar yang jauh dari jangkauan, sementara persoalan akut di daerah sendiri justru diabaikan.
Aktivis lingkungan lokal mendesak adanya penegakan hukum yang lebih tegas terhadap tambang ilegal, serta evaluasi terhadap izin tambang yang diberikan di wilayah-wilayah yang memiliki nilai strategis untuk lingkungan dan masyarakat.
“Sudah saatnya pemerintah tidak hanya jadi penonton. Jika dibiarkan, Berau akan kehilangan identitasnya sebagai Kota Sanggam,” tambah seorang aktivis dari komunitas lingkungan.
Pemerintah daerah hingga kini belum memberikan solusi terkait keluhan masyarakat terhadap aktivitas tambang di wilayah tersebut. Bahkan nomor resmi tim redaksi ideanews.co di blokir saat meminta keterangan resmi oleh salah satu pejabat yang berkaitan dengan aktivitas bongkar muat batu bara. (Tim Redaksi)